Senin, 16 Mei 2011

Jurnalistik,Teori dan Praktik

 



Bab 1 Pendahuluan
Pekerjaan wartawan tidakbisa dilepaskan dari kemahiran wawancara, karena apapun peristiwanya, seorang jurnalis memerlukan bermacam-macam informasi untuk melengkapi hasil pengamatannya terhadap fakta yang diliputnya.
Feature dan Berita Human Interest membahas salah satu jurnalistik yang bertujuan menarik empati atau menghibur khalayak pembaca. Manusia haur senantiasa digugah atau dieksplorasi kepekaan sikap nuraninya, karena dengan demikian rasa empati dan apresiasinya terhadap lingkungan akan senantiasa terperbaharui.
Bab 2 Pers dan Jurnalistik
Ada dua pengertian mengenai pers , yaitu pers dalam arti kata sempit dan pers dalam arti kata luas. Pers dalam arti kata sempit yaitu yang menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Sedangkan pers dalam arti kata luas adalah yang menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media cetak maupun dengan media elektronik seperti radio, televise maupun internet.
Tugas dan fungsi utama pers adalah memberikan informasi kepada khalayak melalui media cetak maupun media elektronik seperti radio, televise dan internet. Tetapi, tugas dan fungsi pers yang bertanggung jawab tidaklah hanya sekedar itu, melainkan lebih dalam lagi yaitu mengamankan hak-hak warganegara dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itu banyak sekali Fungsi pers, yaitu:
· Fungsi informative
· Fungsi Kontrol
· Fungsi Interpretatif dan Direktif
· Fungsi menghibur
· Fungsi Regeneratif
· Fungsi Pengawal Hak-Hak Warganegara
· Fungsi Ekonominya
· Fungsi Swadaya
Bab 3 Seputar Berita
Pers timur sangat bertentangan dengan pers barat. Dalam pers timur tidak dipandang sebagai “komoditi”. Berita adalah suatu “proses”. Proses yang ditentukan arahnya. Berita tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu “ingin tahu” segala sesuatu yang “luar biasa” dan “menakjubkan”, melainkan pada keharusan ikut berusaha “mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan Negara sosialis.
Berbeda dengan pers timur, pers barat memanndang berita itu sebagai “komoditi’, sebagai “barang dagangan” yang dapat diperjual belikan. Oleh karena itu, sebagai barang dagangan ia harus “menarik”.
Berita harus cermat dan tepat atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat, selain itu, berita juga harus lengkap, adil dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini sendiri atau dalam bahasa akademis disebut objektif. Dan, yang merupakan syarat peraktis tentang penulisan berita, atau tentu saja berita itu harus ringkas (concise), jelas (clear), dan hangat (current).
Sifat-sifat istimewa berita ini sudah terbentuk sedemikian kuatnya sehingga sifat-sifat ini bukan saja menentukan bentuk-bentuk khas praktik pemberitaan tetapi juga berlaku sebagai pedoman dalam menyajikan dan menilai layak tidaknya suatu berita untuk dimuat. Ini semua membangun prinsip-prinsip kerja.yang mengkondisikan pendekatan professional terhadap berita dan membimbing wartawan dalam pekerjaannya sehari-hari.
Unsur-unsur layak berita, yaitu:
· Berita harus akurat
· Berita harus lengkap, adil dan berimbang
· Berita harus objektif
· Berita harus ringkas dan jelas
· Berita Harus Hangat
Kriteria tentang nilai berita sekarang sudah lebih disederhanakan dan disistematikkan sehingga sebuah unsur kriteria mencakup jenis-jenis berita yang lebih luas. Kriteria atau atau unsur-unsur nilai berita yang sekarang dipakai dalam memilih berita. Unsur-unsur tersebut adalah: Aktualitas (atimeliness), Kedekatan (proximity), Keterkenalan (prominence), Dampak (consequence), Human interest.
Unsur Human interest, yaitu:
1. ketegangan (suspense)
2. Ketidaklaziman (Unusualness)
3. Minat Pribadi (personal interest)
4. Konflik (Conflict)
5. Simpati (Sympathy)
6. Kemajuan (progress)
7. Seks (Sex)
8. Usia (age)
9. Binatang (animals)
10. Humor (Humor)
Bab 4 Proses Menghimpun Berita
Menggali berita
Pengertian menggali di sini memiliki dua bentuk, pertama, mencari aspek-aspek dalam kehidupan budaya atau sosial masyarakat atau dalam kegiatan pemerintahan yang dapat diangkat menjadi berita yang menarik perhatian khalayak.
Menggali berita juga bisa dilakukan ketika sumber berita enggan atau sulit memberikan informasi untuk sesuatu hal yang perlu diberitakan. Dalam hal ini, wartawan terpaksa harus menggali berita dan membujuk sumber berita bahwa sikapnya yang menolak untuk memberikan keterangan itu justru akan merugikan dia sendiri.
Bab 5 Kendala Menghimpun Berita
Pengekangan terhadapKebebasab pers pada praktik sehari-hari tidak semata datang dari pemerintah, tetapi tidak jarang terjadi karena kepentingan penerbitan pers iitu sendiri. Kelompok-kelompok bisnis bisa menjadi unsur penekan terhadap kebebasan pers, ketika sebuah surat kabar atau media cetak lain misalnya harus berhadapan dengan pemasang iklan yang menjadi penopang kelangsungan hidup media bersangkutan.
Sebaliknya dari pemberian, hadiah, amplop, freeebies atau apapun namanya wartawan, praktik lainnya merupakan juga keluarga dekatnya jurnalisme uang (money journalism) atau dalam pers barat dikenal sebagai checkbook journalism.
Dalam jurnalisme uang bukan sumber berita yang memberikan hadiah atau amplop berisi uang kepada wartawan atau media. Tetapi wartawan atau media yang memberikan uang kepada sumber berita.
Bab 6 Wartawan Sebagai Profesional
Dalam diri para wartawan sendiri, istilah “profesional” memiliki tiga arti: pertama, profesional adalah kebalikan dari amatir; kedua, sifat pekerjaan wartawan menuntut pelatihan khusus; ketiga, norma-norma yang mengatur perilakunya dititik beratkan pada kepentingan khalayak pembaca. Selanjutnya ada dua norma yang dapat diidentifikasikan, yaitu: pertama, norma teknis (keharusan menghimpun berita dengan cepat, keterampilan menulis dan menyunting, dsb), dan kedua, norma etis (kewajiban kepada pembaca serta nilai-nilai, sikap tidak memihak, sikap peduli, sikap adil, objektif dan lain-lain yang semuanya harus tercermin dalam produk penulisannya).
Profesionalisasi dalam pemberitaan ditunjukkan dalam kaidah-kaidah atau adab-adab yang harus diikuti wartawan dalam pemberitaan mereka di bidang hukum. Kaidah-kaidah ini tercantum dalam Kode etik Jurnalistik.
Bab 7 Menulis dan Gaya Penulisan Berita
Jika diperhatikan dengan lebih seksama, maka terlihat bahwa berita-berita di surat kabar umumnya mengikuti sebuah pola, yakni pola piramida terbalik.
Adapun alasan praktis mengapa tulisan berita dibuat seperti demikian, pertama-tama itu memang sesuai dengan naluri manusia dalam menyampaikan suatu berita, yaitu agar berita tersebut cepat dapat ditangkap oleh pendengarnya.
Rumus 5 W + 1 H (What (apa), Where (dimana), When (kapan), Why (mengapa), Who (siapa) dan How (bagaimana) merupakan unsur yang harus terdapat dalam lead pada sebuah berita. Unsur-unsur berita yang manapun di antara yang enam itu dapat dijadikan batu loncatan untuk menggerakkannya menjadi sebuah berita.
Tubuh berita harus muncul dari lead, dan pokok soal yang dikemukakan dalam alinea pembuka harus sepenuhnya didukung dan dikembangkan dalam kalimat-kalimat berikutnya. Setelah puas dengan alinea pertama, penulis berita kemudian mengatur materi berita selebihnya agar berkaitan dengan kisah berita yang sedang ditulis.
Unsur-unsur untuk syarat tercapainya penulisan jurnalistik yang efektif adalah sebagai berikut:
  1. Kecermatan dalam pemberitaan
  2. Organisasi dalam berita
  3. Diksi dan tatabahasa yang tepat
  4. Prinsip hemat dalam penulisan berita
  5. Daya hidup (vitalitas), warna, dan imaginasi
Dalam penulisan jurnalistik ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu sifat tulisan jurnalistiksebagai media komunikasi massa. Kenyataan ini memberikan tekanan akan pentingnya sifat-sifat sederhana, jelas, dan langsung dalam suatu tulisan berita. Dengan demikian, bahasa jurnalistik itu harus ringkas, mudah dipahami, dan langsung menerangkan apa yang dimaksudkan.
Bab 8 Berita Pidato, Pertemuan dan Wawancara
Dalam menulis berita pidato, wartawan pemula harus memperhatikan saran-saran sebagai berikut:
  1. Dalam lead berita, tampilkan unsur yang paling mencolok dari pidato bersangkutan.
  2. Jangan memperumit lead dengan detail yang terlalu banyak. Anda dapat menyebutkan di mana ia berbicara dan di hadapan siapa dalam alinea kedua.
  3. Gunakan kutipan-kutipan langsung.
  4. Selalulah pastikan siapa yang berbicara
  5. Sebaiknya mengutip ucapan asli si pembicara sendiri.
  6. Dalam menyusun materi berita pidato, wartawan harus mengangkat temanya, kutipan-kutipan yang tidak lazim atau bersifat provokatif, dan detail-detail berita yang bersifat prinsip.
Lead retorika yang mungkin dapat dipakai dalam berita-berita pidato atau ceramah ada lima macam:
  1. Dimulai dengan nama
  2. Dimulai dengan menyebut judul pidato atau ceramah
  3. Dimulai dengan kutipan langsung
  4. Dimulai dengan ringkasan pokok permasalahan
  5. Dimulai dengan peristiwanya atau keadaannya
Meliput sebuah pertemuan bisa lebih sulit daripada meliput pidato, terutama jika pertemuan itu berlangsung lama dan membahas bermacam-macam masalah yang rumit.
Dari kegiatan suatu pertemuan yang akan diselenggarakan. Wartawan harus berusaha mendapatkan keterangan seputar hal-hal berikut ini:
  1. Organissi. Nama organisasinya harus jelas.
  2. Waktu dan tempat
  3. Acara
Menurut cara dilakukannya, terdapat tiga macam cara wawancara. Pertama, wawancara secara tatap-muka. Kedua, wawancara melalui telepon. Ketiga, wawancara kelompok, ini merupakan percakapan yang dilakukan dengan lebih dari satu orang narasumbeer dalam suatu kesempatan.
Menurut pembagian kategori tujuannya ada dua macam wawancara , yaitu pertama wawancara untuk membuat berita kutipan (quote story) yang disebut talking-news, dan kedua untuk membuat berita yang didasarkan pada wawancara. Berita yang didasarkan pada wawancara adalah berita-berita yang fakta-faktanya dikumpulkan melalui proses wawancara; dalam hal ini, wartawan bertanya dan sumber berita menjawab.
Jurnalisme modern mengenal tiga bentuk berita yang dihasilkan dari tiga macam wawancara seperti berikut ini: (1) wawancara berita (news interview), (2) wawancara profil pribadi (personality interview), (3) wawancara kelompok (symposium interview).
Bab 9 Menulis Berita Olahraga
Berbeda dengan tipe wartawan lain, wartawan olah raga akan mendasarkan sebagian besar informasinya dari hasil pengamatan langsung. Ia juga akan menggunakan sumber-sumber berita lain, misalnya peserta pertandingan , ofisial olah raga, pejabat-pejabat humas, catatan-catatan resmi, sumber-sumber latar belakang dan bahkan penonton.
Hindari penulisan yang berbunga-bunga dan hindari klise dalam menulis berita olah raga. Bahasa olah raga menekankan pada informalitas dan orisinalitas.
Salah satu keuntungan yang dimiliki wartawan olah raga dibanding dengan wartawan yang mengkhususkan diri di bidang-bidang pemberitaan politik, pemerintahan, bisnis, IPTEK atau bidang-bidang pemberitaan lainnya adalah bahwa dalam olah raga peraturannya sudah tetap dan tidak berubah dari tahun ke tahun; kalaupun ada perubahan tetapi perubahan itu kecil saja. Keadaan seperti itu sudah tentu menyebabkan penulisan berita olah raga terasa seperti monoton.
Bab 10 Feature dan Berita Human Interest
Yang disebut feature bisa berupa berita, bisa juga berupa karangan – tetapi dengan syarat-syarat tertentu. Jika ia berupa berita, ia bukanlah berita dalam arti yang biasa, bukan sekedar berita faktual, matter of fact news, melainkan berita yang dibuat menarik dengan dibubuhi unsur human touch, sentuhan perasaan manusia. Ini artinya berita tersebut diolah sedemikian rupa sehingga letak kelaikannya untuk dimuat dalam media bukan karena berita itu penting, melainkan karena berita itu ditulis secara menarik, atau memang beritanya itu sendiri menarik.
Bab 11 Reportase Interpretatif
Berdasarkan fakta-fakta yang berhasil dihimpun, seorang wartawan harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tentu timbul di kepala setiap orang; apa itu artinya? Reportase interpretatif juga seringkali mencoba menjawab pertanyaan: bagaimana hal tersebut terjadi? Mungkin sang wartawan terus juga menulis untuk menunjukkan betapa kegiatan ekonomi yang menbaik dalam masyarakat tidak terpengaruh oleh kenaikan bahan bakar minyak misalnya.
Sebagian besar berita-berita interpretatif tampaknya memang seperti penjelasan saja. Berita-berita interpretatif ini seakan-akan sederhana. Padahal, reportenya menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempelajari dan menganalisis sebelum ia menuliskannya dalam bentuk berita akhir. Sang reporter membuat dulu rancangan beritanya, konsep awalnya dan revisi-revisinya ditulis kembali untuk membuat interpretasinya itu mudah dimengerti.
Teknik-teknik interpretatif
Programlah otak untuk menganalisa isu-isu dan kejadian-kejadian. Program-program yang tersedia meliputi metoda-metoda tertentu untuk berfikir secara logis seperti berikut:
· Sebab-akibat
· Penalaran secara deduktif
· Penalaran secara induktif.
· Anslogi
· Bobot relatif
· Sifat manusia
Bab 12 Reportase Investigatif
Steve Weinberg memberikan definisi “jurnalisme investigatif” bahwa reportase investigatif adalah: “Reportase, melalui inisiatif sendiri dan hasil kerja pribadi, yang penting bagi pembaca, pemirsa dan pemerhati, dalam banyak hal, subjek yang diberitakan menginginkan bahwa perkara yang berada dalam penyelidikan tetap tidak tersingkap.
Bab 13 Jurnalisme Pembangunan
Michael Kunczik menyebut bahwa penyebaran media untuk suatu jangka waktu tertentu di suatu wilayah tertentu untuk mempercepat atau memperbaiki pelaksanaan suatu proyek tertentu didefinisikan sebagai komunikasi pembangunan yang tujuannya meninformasikan dan memotivasi masyarakat yang terpengaruh oleh suatu proyek.
Sebagai perbandingan, banyak penulis juga mengartikan jurnalisme pembangunan sebagai alat untuk mencapai seperangkat tujuan-tujuan politis seperti modernissi atau pembangunan bangsa.
Bab 14 Teknologi dan Ruang Redaksi
Media massa dapat dilihat sebagai sistem sosio-teknik yang secara terus menerus berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan “sosio” dan “teknik” di sini dimaksudkan untuk merujuk tentang adanya saling ketergantungan antara aspek teknologis dan sosial.
Diperkenalkannya sistem elektronik ke dalam tugas keredaksian jelas sekali mempengaruhi pekerjaan para wartawan. Teknologi baru ini memungkinkan para surat kabar meng-input, mengerjakan dan mengoreksi tulisan-tulisan dan memberikan instruksi-instruksi untuk menset teks naskah melalui komputer yang dioperasikannya.
Dengan berkembangnya teknologi dalam persuratkabaran yang semakin canggih, kemungkinan untuk terjadinya penggabungan antara pekerjaan keredaksian dan pekerjaan produksi di ruang redaksi akhirnya benar-benar terwujud secara sempurna.