Jumat, 15 April 2011

Pendahuluan, Skripsi Analisis Wacana

1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat vital, karena bahasa merupakan alat yang penting dalam komunikasi. Jika dilihat dan penyampaiannya, pemakaian bahasa di masyarakat sangat beragam bentuknya. Tidak jarang seseorang  akan mengunakan bahasa yang panjang dan rumit, namun tidak sedikit informasi juga disampaikan dengan kosa kata yang pendek-pendek. Bahkan ada pula seorang penutur yang hanya mengunakan tanda atau simbol tampa ucapan sepatah kata ketika menyampaikan informasi, dan secara komunikatif dapat dipahami secara mudah (Basir : 2002;3).
Maka tidak menutup kemungkinan bahasa sangat berperan penting dalam kegiatan politik, khususnya dalam kegiatan kampanye Pilgub di Surabaya 2008.  Yang diadakan pemerintah Jawa Timur untuk kali pertama dipilih secara langsung oleh masyarakat Jatim. Sesuai dengan ragam bahasa yang terdiri dari bahasa lisan dan tulis, yang tidak terlepas dari situasi pemakaian bahasa, karena dengan situasi pemakaian bahasa itulah yang menyebabkan adanya sebuah ragam bahasa.
Gaya  Bahasa  Pejabat  kerap  kali jauh dari Kaidah. Karena mereka sering  menggunakan eufimisme (penghalusan) untuk membiaskan kekeliruan. Gaya bahasa para pejabat dinilai sudah jauh dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga sering menyesatkan masyarakat. Bahkan, pejabat juga menggunakan kalimat eufemisme untuk membiaskan adanya kekeliruan di lembaganya.

Hal ini pernah diungkapkan dosen bahasa Indonesia di Monash University Australia, Basoeki Koesasi, dalam seminar nasional Register Bahasa Indonesia untuk Keilmuan dan Kepragmatisan, Kamis (28/6). Rektor Unpad, Prof. Dr. Ganjar Kurnia dan Kepala Bappeda Jabar, Prof. Dr. Denny Juanda Puradimaja juga menjadi pembicara di Ruang Serba Guna Unpad Jln. Dipati Ukur. Lebih jauh Basoeki mengatakan, para pejabat sering mengimbau agar masyarakat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun dalam kenyataan mereka tidak melakukannya. Dan ini mengakibatkan masyarakat bingung. Demikian pula mahasiswa bahasa Indonesia di luar negeri seperti di Australia juga dibuat bingung, dengan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah.(httf/www.pikiran rakyat.com).
Lebih dari itu, para pejabat juga menggunakan eufimisme dengan berlebihan dalam berbicara,  sehingga mengaburkan kenyataan yang ada. Misalnya, korupsi dikatakan salah prosedur atau  penjara di katakan  lembaga pemasyarakatan. Dalam pemakaian istilah asing pun mereka juga salah. Misalnya mengenai istilah over acting. Yang digunakan pejabat untuk mengatakan, pengunjuk rasa sudah over acting. Padahal tidak pernah ada istilah over acting dalam kamus bahasa Inggris.
Situasi pemakaian bahasa terbagi dua setuasi, yaitu situasi resmi dan situasi tidak resmi. Situasi resmi ditandai dengan adanya sifat serius, tidak pribadi, dan penuh dengan pikiran serta ide-ide. Sedangkan situasi tidak resmi ditandai oleh sifat-sifat sebaliknya. Tetapi bukan berarti bahasa tidak resmi tidak bisa dipakai sebagai alat komunikasi, bahkan dapat dikatakan bahasa tidak resmi lebih komunikatif pemakaiannya dibandingaka bahasa resmi. Tidak terlepas juga bahasa kampanye Pilgub di Surabaya 2008 yang ada di internet, spanduk, setriker, koran, dan reklame.
Aktivitas berkampanye adalah aktivitas yang mengunakan bahasa sebagai mediumnya untuk menyampaikan program-program para kandidat Pilgub. Bahasa pada situasi ini sangat berperan penting untuk menjelaskan program-progam yang ditawarkan kandidat Pilgub.  Baik simbol-simbol yang berupa antribut-antribut juga merupakan kampanye. Antribut adalah sebuah bahasa dalam bentuk simbol-simbol, baik yang ada pada internet, reklame, setriker, koran, dan spanduk.
Maka kami disini akan mencoba untuk mengkaji dan meneliti wacana yang digunakan oleh para kandidat Pilgub di Surabaya 2008 dalam kampanye Pilgub di Surabaya 2008. Pada kosa kata yang ada dalam internet, spandok, reklame, koran, dan setriker. Karena pasti diantaranya memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Oleh karena ini kami beranggapan bahwa topik ini sangat penting untuk diteliti, agar nantinya dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan atau bahan acuan masyarakat dalam menerima dan menelaah bahasa-bahasa politik yang digunakan para kandidat Pilgub di Surabaya.
Analisis wacana (Brown dan Yule : 1996;26) menekankan, pada bagian mana bahasa itu digunakan dalam komunikasi. Ini berarti seorang peneliti  menganalisis wacana yang di dalamnya terdapat bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi dalam sebuah konteks tertentu  atau inti wacana tersebut. Berdasarkan fakta tersebut, penganalisis berusaha menjelaskan keteraturan dalam realisasi bahasa yang digunakan orang untuk mengomunikasikan  maksud dan keinginan.   
Analisis wacana dalam penelitian ini lebih mengarah pada paradigma kritis, khususnya model analisis wacana Teun.A. van Dijk. Analisis pada paradigma kritis lebih mengarah pada kepenafsiran, penelitian pada teks. Karena dengan penafsiaran dan penelitian teks  kita dapat masuk kedalam dunia dan menyelam dalam teks, serta menyingkab makna yang ada di baliknya. (Eriyanto, 2006:61).
Penelitian Manipulasi Bahasa Kampanye Pilgub di Surabaya 2008 bertujuan untuk mengkaji wacana (bahasa) kampanye yang digunakan para kandidat Pilgub Surabaya 2008. Karena pasti bahasa kampanye kandidat Pilgub Surabaya 2008 memiliki maksud dan tujuan tertentu, baik untuk mempengaruhi orang dan menyampaikan pikiran. Serta memahami makna yang terkadung di dalam bahasa kampanye para kandidat Pilgub 2008, yang dipastikan sangat serat dengan manipulasi bahasa.  Dalam hal ini penelitian dibatasi pada bahasa kampanye yang ada pada internet, spanduk, setriker, koran, dan reklame.
 
1.2  Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang di atas maka supaya penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan, maka kami rumuskan masalah sebagai berikut :   
1.2.1  Bagaimana  manipulasi teks bahasa kampanye Pilgub di Surabaya 2008 ?
1.2.2        Bagaimana analisis sosial  bahasa kampanye Pilgub di Surabaya 2008 ?

1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan diantaranya sebagai berikut :
1.3.1 Menghasilkan deskripsi manipulasi teks bahasa kampanye Pilgub di Surabaya 2008.
1.3.2        Menghasilkan deskripsi analisis sosial bahasa kampanye Pilgub di Surabaya 2008.

1.4  Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini berhasil diselesaikan, kiranya dapat memberikan kontribusi bagi berbagi pihak, diantaranya sebagi berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis
 Secara teoritis hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi terhadap disiplin ilmu semeotik, semantik, dan analisis wacana. Yang masing-masing memiliki keterkaitan dengan kadar berbeda-beda.
a)      Disiplin ilmu semantik, hasil penelitian ini akan memberikan deskripsi data-data bahasa yang digunakan kandidat Pilgub dalam kampanye Pilgub di Surabaya 2008. Di mana data-data tersebut merupakan unsur-unsur tanda yang dapat dijadikan sebagai perbandingan dan acuan dalam mengembangkan teori semantik. Khusunya dalam bahasa-bahasa politik.
b)      Bidang semiotika, berkaitan dengan penelitian bahasa kampanye Pilgub di Surabaya 2008. Dapat memberikan  deskripsi tentang ragam dan makna bahasa yang digunakan oleh para kandidat Pilgub di Surabaya 2008 .
c)      Berkaitan dengan ilmu analisis wacana. Penelitian ini dapat memberikan jenis bahasa yang digunakan kandidat Pilgub di Surabaya 2008. Serta  maksut, ide-ide, dan tujuan yang ada di dalam wacananya. Dan nantinya dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan acuan ilmu analisis wacana.

1.4.2  Manfaat Parktis
Secara praktis penelitian ini  memilki manfaat sebagai berikut :
a)      Bagi mahasiswa, diharapkan dapat memberikan wawasan baru berkenaan dengan wacana  kandidat Pilgub di Surabaya 2008. Serta dapat dijadikan bahan acun penelitian yang akan datang.
b)      Membantu dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat. Untuk memahami makna dan tujuan bahasa  yang digunakan kandidat Pilgub di Surabaya 2008 dalam berkampanye.
 By. Aryboxs/Skripsi