Memetakan
tipe teori dalam sosiologi bukanlah hal yang mudah. Perbedaan cara
befikir akan menentukan posisi teori sosiologi ke dalam tipe tertentu.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh dua sosiolog barat, yakni Randal Collins
(1988) dan William Skidmore (1979). Dalam
bukunya yang berjudul ”Theoretical Sociology”, Collins mencoba memetakan
teori sosiologi ke dalam tiga aras, yakni makro, meso, dan mikro.
Menurutnya teori sosiologi aras makro merupakan teori yang topik kajiannya
menempatkan waktu dan ruang mempunyai pengaruh terhadap manusia.
Unit analisis dari sosiologi makro ini adalah masyarakat sebagai suatu sistem
sosial. Adapun yang dimaksud Collins dalam teori sosiologi makro ini
adalah teori evolusi, teori sistem, teori fungsionalis, teori ekonomi politik,
teori konflik, dan perubahan sosial.
Berbeda
dengan teori sebelumnya, teori sosiologi aras meso muncul karena pertanyaan mendasar
tentang hubungan timbang balik antara mikro dan makro teori. Dalam hal
ini, teori sosiologi pada aras meso berusaha menjambatani antar teori makro dan
mikro terutama yang berupa kontroversi. Adapun yang termasuk ke dalam
teori ini adalah teori jaringan yang mana berusaha menghubungkan teori makro
dan mikro melalui situasi dan struktur sosial dibandingkan dengan ciri-ciri
individu. Selain itu, teori sosiologi yang masuk pada aras meso,
meliputi: teori jaringan yang menjelaskan efek jaringan dari tindakan individu
dan kepecayaannya, jaringan dan ekonomi, dan jaringan kekuasaan.
Sementara
itu, teori sosiologi aras mikro merupakan teori yang memfokuskan pada topik
kajian ruang dan waktu dalam ukuran yang lebih kecil dimana individu dan
interaksinya yang didasari oleh prilaku dan kesadaran. Akan tetapi,
Collins menambahkan bahwa unit mikro tidak memiliki batas yang jelas dengan
mempertanyakan bagaimana keberadaan individu terhadap individu lain terhadap
kelompoknya. Adapun yang termasuk ke dalam teori sosiologi mikro ini
adalah teori ritual interaksi (Durkheim dan Goffman), teori status sosial
(Goffman), dan teori pertukaran, dan teori relasi sosial.
Pemetaan
teori sosiologi yang diungkapkan oleh Collins (1988), berbeda jauh dengan apa
yang dikemukakan oleh Skidmore (1979). Menurut Skidmore bahwa tipe teori
dalam sosiologi dapat dibedakan ke dalam tiga bagian, yakni: teori deduktif (deductive
theory), teori berpola (pattern theory), dan perspektif (perspective).
Teori deduktif merupakan teori yang dibangun dari tujuan yang bersifat umum
tentang suatu subyek atau fenomena atau pertistiwa yang meliputi
hukum-hukum. Skidmore memberikan contoh bahwa setiap kejadian atau
peristiwa X senantiasa mempengaruhi terjadinya kejadian atau peristiwa Y
(sebab-akibat) atau sebaliknya.
Tentunya
kejadian atau peristiwa X maupun Y yang merupakan sebab-akibat tidak terjadi
begitu saja, melainkan didasari oleh hukum atau teori yang ada
sebelumnya. Teori ini, kemudian yang ditunkan dalam bentuk tujuan umum
tentang subyek kumpulan hukum-hukum (proposisi-proposisi). Dari kumpulan
hukum-hukum ini, kemudian menghasilkan apa yang dinamakan hipotesa.
Berbeda
dengan teori sebelumnya, teori berpola (pattern theory) tidak menekankan
pada pemikiran teori deduktif, dimana dimensi vertikal tidak menjadi penting,
melainkan logikanya didasarkan atas ”lateral”. Penekanan atas logika
tersebut, mendorong teori ini lebig bertujuan menghubungkan pemikiran secara
teori dengan realita yang ada. Atau dengan kata lain, teori ini lebih
berdasarkan atas fakta sosial atau empirisme dalam membangun teorinya.
Skidmore (1979) memberikan contoh teori ego dan super-ego yang dikemukakan oleh
Sigmund Freud.
Adapun tipe
teori yang terakhir menurut Skidmore adalah perspektif. Meski penjelasan
Skidmore tidak terlalu jelas, akan tetapi yang menarik untuk dikemukakan dalam
tipe ini adalah bahwa pesepektif sesungguhnya terpisah dari teori berpola (pattren
theory) dan teori deduktif (deductive theory), yang mana bukan dari
jenis subyeknya, melainkan lebih dari derajat subyek. Selanjutnya menurut
Skidmore bahwa perspektif tidak lain merupakan kumpulan ide-ide yang penting
sebagai pembentuk teori. Dalam hal ini, Skidmore (1979) memberikan contoh
teori simbolik-interaksi yang dapat dikatakan sebagai perspektif.
Merujuk
pembagian tipe yang dikemukakan oleh Skidmore di atas, penulis kemudian mencoba
membedakan tiga tipe teori sosiologi menurut Skidmore merujuk dari unit
analisis, sifat logika yang dibangun, dan aras teori. Berangkat
dari dua pendapat di atas (Skidmore, 1979 dan Collins, 1988), pertanyaan
kemudian adalah bagaimana posisi penulis dalam pemetaan tipe teori dalam
sosiologi? Menjawab pertanyaan ini, penulis sangat sadari bukanlah
pekerjaan yang mudah karena pemetaan teori harus didasarkan atas argumentasi
yang kuat untuk meletakkan suatu teori sosiologi dalam tipe tertentu.
Meski demikian, dua pendapat sosiolog sebelumnya ditambah dengan Ritzer (2005)
dengan paradigma terpadunya yang membagi teori ke dalam 4 kelompok besar
(makro-obyektif, makro-subyektif, mikro-obyektif, dan mikro-subyektif)
memberikan gambaran kepada penulis untuk mencoba melakukan pemetaan tipe teori
sosiologi.
Pemetaan
tipe teori yang akan dilakukan ini, tidak serta ”meninggalkan” pendapat
sebelumnya, melainkan mencoba mengelaborasinya ke dalam pembagian tipe yang
mudah dipahami. Adapun pembagian tipe teori sosiologi yang penulis maksud
adalah menggambungkan pendapat yang dikemukakan oleh Collins (1988), Skidmore
(1979), dan tipe ideal dalam pembentukan teori. Dengan menggunakan sistem
kuadran, penulis menempatkan dua garis yang saling menyilang (X dan Y) sebagai
garis kontinum yang membedakan antara aras teori dengan tipe ideal pembentukan
teori.
Aras teori
berpijak pada pendapat Collins, yang kemudian penulis reduksi menjadi dua aras,
yakni makro dan mikro. Alasan mengapa teori aras meso yang dikemukakan
Collins, tidak penulis masukkan karena didasarkan atas dua argumentasi, yakni: pertama,
teori pada aras meso sebagaimana dikemukakan Collins (1988) hanya menekankan
perbedaan unit analisis antara makro dan mikro. Akan tetapi sebagai
sumber ilmu pengetahuan, pemikiran teori aras meso tetap berpijak pada
pemikiran yang bersumber dari induktif dan deduktif; dan kedua, meminjam
pembagian sosiologi oleh Sanderson (2003) yang mengemukakan bahwa teori
sosiologi pada prinsipnya dikategorikan menjadi dua bagian sesuai dengan kajian
analitiknya. Adapun kategori yang dimaksud, yaitu: sosiologi makrodan
sosiologi mikro. Dengan demikian, teori aras makro-mikro merupakan satu
garis kontinum yang saling berhubungan (garis sumbu X).
Sementara
itu, untuk tipe ideal pembentukan teori yang penulis maksud adalah cara
berfikir filsafat yang bersumber dari dua, yakni deduktif dan induktif.
Pernyataan ini senada dengan pendapat Skidmore yang membedakan tipe teori
menjadi 3 bagian, yakni teori deduktif (deductive theory), teori berpola
(pattern theory), dan perspektif (perspective). Dalam
pembuatan tipe teori sosiologi ini, teori perspektif yang dikemukakan Skidmore,
tidak penulis masukkan karena cenderung sudah mewakili dua teori
sebelumnya. Dengan demikian, deduktive theory (cara berfikir
deduktif) dan pattern theory (cara berfikir induktif) merupakan satu
garis kontinum atau garis sumbu Y.
Berangkat
dari pemetaan teori yang disajikan di atas, dengan jelas terlihat bahwa tipe
teori sosiologi dapat dibedakan ke dalam 4 bagian, yakni:
(1).
Mikro-deduktif, yaitu tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai
pola pikir dan perilaku yang muncul dalam kelompok-kelompok yang relatif
berskala kecil dimana prediksi dan eksplanasinya berangkat dari hukum-hukum
atau teori sebelumnya. Dalam tipe ini, satuan analisisnya adalah individu
dan kelompok sosial.
(2).
Mikro-induktif, yaitu tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai
pola pikir dan perilaku yang muncul dalam kelompok-kelompok yang relatif
berskala kecil dimana prediksi dan eksplanasinya berangkat dari fakta sosial
(emperisme). Adapun tipe analisisnya adalah individu dan kelompok sosial;
(3).
Makro-deduktif, yaitu tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai
pola sosial berskala besar dimana eksplanasi dan prediksinya berangkat dari
hukum-hukum atau teori sebelumnya. Satuan analisis dari tipe teori ini
adalah masyarakat sebagai sistem sosial dan dapat pula organisasi sosial; dan
(4).
Makro-induktif, yaitu tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai
pola sosial berskala besar dimana eksplanasi dan prediksinya berangkat dari
fakta sosial (emperisme). Satuan analisisnya adalah masyarakat atau
sistem sosial.
Dengan
demikian, beragam teori sosiologi yang ada dapat dimasukkan ke dalam empat
pembagian teori yang telah disebutkan sebelumnya. Atau dengan kata lain,
terdapat empat sel dalam matriks yang akan diisi sesuai dengan pembagian tipe
teori sosiologi yang telah disebutkan sebelumnya. Perkembangan teori sosiologi
hingga kini banyak tergolong ke dalam tipe teori makro-induktif dan
mikro-induktif dibandingkan dengan teori makro-deduktif dan
mikro-deduktif. Bukti ini semakin menunjukkan bahwa sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan yang berangkat dari fakta sosial (empirisme) yang
berbeda jauh dengan psikologi sosial dan filsafat sebagai ilmu pengetahuan.