Part 2
Oleh. Pariyanto
Fenomena komunitas sepeda kebo yang
marak di Indonesia merupakan satu diantara cermin bahwa subklutur mengambarkan
sebuah bentuk gaya hidup dan identitas masyarakat Indonesia—khususnya anggota
komunitas sepeda kebo. Terkait bisa dikatakan sebagai gaya hidup, ini berkaitan
dengan perilaku anggota komunitas sepeda kebo dalam memproduksi simbol-simbol untuk
menunjukan keanggotaannya sebagai anggota komunitas sepeda kebo. Dimana keanggotaan
ini akan dibagun lewat prilaku konsumtif terhadap sepeda kebo dan beberapa hal
yang mengambarkan keanggotaan, semisal dengan konsumtif dan menggunakan pakaian
khas Jawa, serta pakaian tempo dulu yang bernuasa patriotisme. Asumsi ini
berdasarkan fenomena kebanyakkan komunitas sepeda kebo menandai komunitasnya
dengan melakukan akulturasi—memakai sepeda kebo yang merupakan produk luar
negeri dan mengabungkan dengan pakaian adat—khususnya pakaian khas Jawa dan pakaian
tempo dulu yang bernuasa patriotisme.
Prilaku konsumtif terhadap sepeda kebo
dan pakaian adat—khususnya pakaian khas Jawa dan pakaian tempo dulu yang
bernuasa patriotisme, secara tidak langsung merupakan bentuk gaya hidup
komunitas sepeda kebo. Asumsi ini berdasarkan, tidak mungkin komunitas selain
sepeda kebo, semisal komunitas geng motor menggunakan sepeda kebo, tentunya
akan menggunakan sepeda motor sebagai gaya hidupnya. Sejalan dengan Kotler
(2002), bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Pola hidup menggunakan sepeda
kebo merupakan ekspresi aktivitas yang dilakukan anggota komunitas sepeda kebo
untuk menujukkan keanggotaannya.
Prilaku konsumtif terhadap sepeda kebo
merupakan bentuk minat dan opini anggota komunitas sepeda kebo untuk memberikan
tawaran baru—solusi—pada budaya mainstream—mengenai gaya hidup ramah lingkungan
dan memberikan solusi kemacetan transportasi terutama di kota-kota besar.
Sementara terkait penggunaan pakaian adat—khususnya pakaian khas Jawa dan pakaian
tempo dulu yang bernuasa patriotisme, merupakan bentuk ekspresi anggota
komunitas sepeda kebo atas opininya terkait memberikan tangapan menggenai
semakin terkikisnya atau ditinggalkannya budaya-budaya lokal oleh masyarakat
Indonesia—pewaris budaya lokal.
Gaya hidup komunitas sepeda kebo—konsumtif
terhadap sepeda kebo dan pakaian adat—khususnya pakaian khas Jawa dan pakaian
tempo dulu yang bernuasa patriotisme—secara tidak langsung juga akan
menciptakan identitas. Terkait ini tentunya identitas sebagai anggota komunitas
sepeda kebo. Sejalan dengan Giddens (1991) bahwa identitas merupakan sebuah proyek—bahwa identitas
merupakan suatu yang diciptakan manusia, sesuatu yang diproses. Identitas
anggota komunitas kebo juga dibentuk melalui proses: berperilaku konsumtif
terhadap sepeda kebo dan pakaian adat—khususnya pakaian khas Jawa dan pakaian
tempo dulu yang bernuasa patriotisme. Dimana perilaku konsumtif ini dijadikan
sebagai gaya hidup untuk menunjukkan keanggotaannya sebagai anggota komunitas
sepeda kebo.
Proses ini pada
akhirnya mampu menandai identitas komunitas sepeda kebo. Gaya hidup komunitas
sepeda kebo secara tidak langsung menjadi ciri atau karakter khusus dimata
budaya mainstream—masyarakat diluar komunitas sepeda kebo. Asumsi ini
berbanding lurus dengan teori Giddens (1991) identitas adalah pengambaran diri
sebagaimana yang dipahami secara refleksi oleh orang dalam konteks biografinya.
Masyarakat mainstream akan berpadangan atau menjadikan gaya hidup komunitas
sepeda kebo—konsumtif terhadap sepeda kebo dan pakaian adat—khususnya pakaian
khas Jawa dan pakaian tempo dulu yang bernuasa patriotisme, menjadi bentuk atau
cermin identitas komunitas sepeda kebo.
Daftara Pustaka
Assael,H.1984.Consumer Behavior and Marketing Action 6 Edition.California: Kent
Publishing co.
Barker,C.2003.Cultural Studies: Theory and Practice.London:
SAGE Publications.
Barker,C.2000. Cultural Studies:Teori
dan Praktik.Bantul:KREASI WACANA.
Hartley,Dick.1976.Subcultur The Meaning Of Style. London:
Routledge.
Giddens,A.1991.Modernity and Self-Identity.Cambridge: Polity Press.
Thornton,
Sarah (1995). Club Cultures:
Music, Media, and Subcultural Capital. Cambridge: Polity Press.
Suratno, B &
Rismiati,C.2001.Pemasaran Barang dan Jasa.Yogyakarta:
Kanisus.
Kolter,Phillip &Gary Armstrong. 2002. Principel Of Marketing, Eleven Editing. New Jersey: Prenticehall International.