Sabtu, 05 Mei 2012

Ferry Mursyidan di Tuding Agen Rahasia Israel

KH. Muhyidin Junaidi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) di bidang Hubungan Luar Negeri, kemarin menyatakan bahwa sekarang banyak tokoh Indonesia yang indikasinya  banyak menjadi agen rahasia Israel di kawasan Asia Tenggara, salah satunya mantan Politisi dari Partai Golkar Ferry Mursyidan Baldan.
Pernyatan KH. Muhyidin Junaidi bukanya tampa dasar, pasalnya telah terungkapnya bebarapa tokoh politik dan pejabat dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia ikut serta dalam perayaan Kemerdekaan Israel ke 64 Kamis (25/4) pekan lalu, yang dilakukan di gedung School of the Arts, Singapura.
"Inilah indikasi semakin banyaknya agen terselubung Israel di Indonesia," kata Kyai Junaidi ketika dihubungi  ROL, Selasa (1/5).
Tak hanya itu Kyai Junaidi juga mengatakan memang cukup sulit untuk membuktikan apakah benar tokoh-tokoh tersebut hadir dalam peringatan lalu kemudian menjadi agen Israel. Namun baginya kehadiran beberapa orang Indonesia di hari kemerdekaan Israel, jelas Kyai Muhyidin, sudah mengindikasikan kedekatan yang erat antara orang tersebut dengan pihak Israel.
Apalagi orang tersebut adalah tokoh politik dan pejabat di KADIN. Ini menurut Kyai Junaidi, menunjukkan bukan hubungan yang sembarangan. "Hubungan ini bukanlah sembarangan," ujarnya.
Selain itu, tambah Kyai Junaidi bahwa mereka yang telah diketahui ikut merayakan hari Kemerdekan Israel. Baginya sudah jelas dia secara tidak langsung mengakui posisi Israel sebagai negara merdeka, padahal mereka tau bahwa Israel selalu melakukan penindasan terhadap Palestina.
Bukan hanya itu menurut Kyai Junaidi, mereka yang hadir dalam acara tersebut, merupakan orang-orang Islam dan meraka itu menjadi orang yang munafik yang melakukan standar ganda.
Sebab kehadiran mereka, jelas telah melukai perasaan sesama umat Islam di Tanah Air. Pasalanya sebagian besar masyarakat Indonesia adalah muslim, Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia dan Indonesia mengecam keras atas keberadaan negara penjajah Israel yang menganeksasi wilayah Palestina.
Sebelumnya dari pernyataan yang dikeluarkan Kyai Junaidi, Wajah Ferry Mursyidan Baldan memang tampak jelas tertangkap kamera saat ikut menghadiri Peringatan Hari Kemerdekaan Israel di gedung School of the Arts, Singapura, Kamis (26/4) lalu.
Dalam foto yang dimuat laman Merdeka.com, Ferry yang juga mantan ketua umum PB HMI periode 1990-1992 itu menghadiri acara tersebut dengan didampingi sang istri.
Saat dikonfermasi mengenai kebenaran berita tersebut, Ferry mengakui bahwa dirinya bersama istrinya memang telah menghadiri acara Peringatan Hari Kemerdekaan Israel. Tapi menurut Ferry kehadiran itu hanya sebatas memenuhi undangan, bukan berarti dia telah menjadi agen rahasia Israel.
Mantan anggota DPR RI itu juga mengatakan bahwa dirinya memang sudah terbiasa membuka hubungan komunikasi dengan siapa pun termasuk dengan Israel. Ferry juga menambahkan bahwa ini bukan berarti dia kan menjadi sekutu bagi Israel.
Tak hanya itu bagi Ferry, menghadiri undangan peringatan Hari Kemerdekaan Israel oleh Kedutaan Besar Israel di Singapura, merupakan hal yang wajar dan lumrah dan pastinya tidak ada maksud apa pun.
”Itu undangan pribadi yang dikirim resmi oleh dubes Israel. Buat saya lumrah ya, saya biasa membina komunikasi dengan siapa saja,” ujarnya saat dihubungi ROL Senin (30/4).
Tak pelak dari pernyataan yang dikeluarkan Kyai Junaidi membuat Ferry dan beberapa tokoh yang dituduh menjadi agen rahasia Israel. Predikat negatif langsung melekat pada mereka.
Terbukti bagi, Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Bachtiar Nasir, bahwa kehadiran beberapa tokoh tersebut menunjukkan kekerdilannya di hadapan seluruh bangsa Indonesia.
Hal itu dikarenakan Indonesia sebagai negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara penjajah tersebut. Sehingga tentu ada alasan politis yang sangat mendasar.
"Hanya politisi yang tidak memiliki sensitifitas dan menunjukkan kekerdilannya saja yang bersedia apalagi bangga menghadiri perayaan kemerdekaan negeri penjajah, sungguh kerdil dan tak punya sensitifitas alias bebal," cecar Bachtiar, di Jakarta, Kamis (3/5).
Pendiri Ar-Rahman Quranic Learning (AQL) ini menceritakan, bahwa bukan hanya umat Islam dunia yang marah dengan kekejaman yang dilakukan terhadap Palestina. Tetapi juga semua agama di dunia marah dengan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan negara Yahudi tersebut.
Sehingga menurut Bachtiar, bagaimana mungkin tokoh nasional Indonesia berdalih hanya dengan memenuhi undangan pribadi bersedia menghadiri perayaan negara yang dikecam melakukan kejahatan HAM.
"Jika dia seorang Muslim, saya yakin tokoh itu adalah orang yang tidak punya keberpihakan pada agamanya. Jika dia seorang tokoh nasionalis maka dia tidak memiliki nasionalisme sejati," terang Bachtiar.
(by.aryboxs)